Sebagai orang yang bekerja dalam dunia entrepreneur di Indonesia, saya telah menyaksikan secara langsung perkembangan startup yang luar biasa di Jabodetabek.
Dianggap sebagai pusat dari inovasi di Indonesia, Jabodetabek kini memiliki 539 startup (1).
Semangat entrepreneur-nya membuat kota ini menduduki peringkat ke-29 di antara 1.000 kota global untuk ekosistem startupnya pada tahun 2023, sebuah pencapaian yang mencerminkan dinamika kota tersebut (1).
5 tahun terakhir ini merupakan tahun yang sangat mengesankan bagi daya tarik venture capital.
Pada tahun 2022, kami melihat 340 investasi venture capital yang memecahkan rekor di sini, sebuah tanda yang jelas bahwa kepercayaan investor meningkat.
Pada awal tahun 2022, lebih dari 200 startup telah berhasil mengumpulkan setidaknya satu juta dolar, yang menunjukkan lahan yang subur untuk mendirikan bisnis baru.
Di bidang investasi, investasi asing langsung (foreign direct investments (FDI)) di Indonesia melonjak dari $3,92 miliar pada tahun 2016 menjadi $22 miliar pada tahun 2022. (2)
Perkembangan ini mencerminkan keyakinan global terhadap kemampuan ekonomi kami dan ekosistem startup yang terus berkembang.
Namun, jangan menutup-nutupi hal tersebut—perkembangan adalah salah satu bagian dari cerita.
Meskipun banyak startup yang berkembang pesat, ada pula startup yang kesulitan dan bahkan bangkrut karena berbagai tekanan. Itu adalah kenyataan yang sangat saya kenal, dan kita akan membahas aspek-aspek penting ini nantinya.
Saya di sini berbagi pandangan 360 derajat tentang ekosistem startup kita, mulai dari kesuksesan penggalangan dana besar-besaran hingga alasan kompleks di balik kegagalan.
Saya akan membahas secara spesifik dan belajar dari contoh-contoh alasan startup gagal di Indonesia, semuanya demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik di sektor teknologi Indonesia yang dinamis.
Bersiaplah untuk perjalanan analitik (analytical journey), dan ya, kamu akan menemukan angka dan studi kasus—saya tahu kita semua menyukai fakta yang solid dan kuat.
Cuplikan: Mengamati Dunia Startup di Indonesia
Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam dunia startup di Indonesia, saya telah melihat secara langsung bagaimana startup telah menjadi kekuatan besar dalam perekonomian kita. Mereka lebih dari sekedar bisnis—mereka mewakili semangat dan inovatif yang terus mendorong negara kita untuk maju.
Pada tahun 2022, jumlah startup di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 2.300 perusahaan. Angka tersebut menempatkan kita di urutan kelima dan keenam secara global, sehingga menyoroti status negara ini sebagai pusat entrepreneur (3).
Saya menyaksikan dengan penuh semangat ketika angka tersebut meningkat menjadi 2.483 pada bulan Juni tahun itu (4).
Ekosistem startup kita bahkan merayakan kebangkitan decacorn; ini adalah perusahaan-perusahaan yang bernilai lebih dari $10 miliar.
Namun, terlepas dari pencapaian yang luar biasa ini, kita masih mempunyai banyak PR.
Perputaran Uang: Beradaptasi dengan Perubahan Kondisi Finansial di Indonesia
Dalam iklim startup saat ini, mendapatkan pendanaan hanyalah bagian dari teka-teki. Ini semua tentang menghadapi gelombang ekonomi dan menyesuaikan dengan perspektif investor (investor perspectives) yang memprioritaskan profitabilitas.
Hari-hari dimana kita harus memanfaatkan gelombang modal yang berlimpah dengan sedikit keuntungan semakin berkurang. Banyak startup di Indonesia yang dulunya tumbuh subur, kini melewati masa-masa sulit dan mencari jalur yang berkelanjutan untuk maju.
Wawasan Global: Pandangan Komparatif
Melihat Amerika, hal ini mencerminkan skenario yang sama; jumlah usaha telah meningkat pesat dari di bawah 20.000 menjadi lebih dari 50.000 saat ini. Namun, kenyataan pahitnya adalah banyak startup teknologi yang tidak melakukan apa-apa dan berisiko tenggelam (5).
Hal ini merupakan pengingat akan volatilitas di sektor ini—bahkan usaha yang paling menjanjikan pun bisa menghadapi perjuangan yang berat.
Saya memahami pentingnya fondasi keuangan (financial foundations) dan respons pasar (market responsiveness) yang kuat, terlebih lagi di masa-masa yang penuh ketidakpastian ini.
Tahun-tahun ke depan menuntut agar startup kita tidak hanya membuat ide, tetapi juga melakukan pengulangan, melakukan pivot kapan saja diperlukan agar tetap bertahan.
Jelas bagi saya bahwa di seluruh dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, hanya mereka yang gesit dan bijaksana secara fiskal akan mampu bertahan.
Pada bagian selanjutnya dari artikel ini, kita akan membahas lebih dalam alasan startup gagal dan merosot.
Dengan memahami tantangan-tantangan ini, kita dapat melihat peluang untuk ketahanan dan inovasi, memastikan bahwa startup di Indonesia tidak hanya bertahan tetapi juga benar-benar berkembang.
Membongkar Tren Startup: Mendalami Ekosistem Asia Tenggara
Saya telah mengamati dunia startup di Asia Tenggara dalam beberapa waktu, dan satu hal yang pasti: Dunia start-up sebuah roller-coaster yang penuh dengan pasang surut, sehingga memusingkan.
Mari kita bicara tentang angka-angka—ini menceritakan sebuah kisah yang menarik. Negara-negara seperti Filipina dan Singapura masing-masing mengalami 15,85% dan 14,27% startup yang tutup (6).
Angka ini memberi kita gambaran sekilas tentang cita-cita yang menjadi sasaran kondisi sulit di lapangan. Lalu ada juga Indonesia, negara dengan jumlah startup yang cukup menonjol, tapi sayangnya mereka tidak berhasil.
Menguraikan Kesuksesan: Mengungkap Kelangsungan Startup dan Pengaruh Sektor
Sebuah pola muncul saat kamu melihat ukuran dan tahap startup-startup ini.
Yang mengundurkan diri adalah kelompok kecil, yaitu tim kecil beranggotakan 2 hingga 10 orang yang baru saja menyelesaikan putaran pendanaan awal (seed funding rounds).
Hal ini mengungkap kenyataan pahit dari usaha tahap awal yang berjuang dengan pendanaan dan perkembangan.
Sekarang bagaimana dengan sektornya? Mereka tidak semuanya berada dalam situasi yang sama.
Pertimbangkan ini: industri perjalanan (travel industry) melihat 21,62% startup menutup usahanya. Bandingkan dengan orang-orang SaaS—angkanya lebih rendah yaitu 8,99%.
Perbedaan ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana masing-masing industri menghadapi tantangan dan tuntutannya masing-masing.
Perjalanan Melalui Rintangan: Siklus Kehidupann dan Tantangan Startup
Menurut saya, sangat mengejutkan bahwa sekitar sepertiga dari startup ini tutup dalam waktu 12 hingga 20 bulan sejak didirikan.
Saat ini memang masa yang sulit—dimana impian menjadi kenyataan atau hancur seiring dengan upaya para pelaku bisnis untuk menemukan tempat mereka di pasar dan mendapatkan pendanaan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.
Yang lebih menarik lagi adalah dua pertiganya bertahan di sana selama dua tahun terakhir sebelum akhirnya berhenti.
Hal ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup di awal sama sekali bukan jaminan bebas menuju kesuksesan jangka panjang.
Menguasai Pasar: Penyesuaian Strategis dalam Pergeseran Lanskap
Menghadapi lingkungan yang sulit ini, saya melihat para pemain kunci di ekosistem startup Indonesia memikirkan kembali strategi mereka.
Telah terjadi pergeseran efisiensi operasional ke arah lebih baik, hal ini sangat berlawanan dengan pola pikir pendahulu mereka yaitu tumbuh dengan segala cara yang dahulu mengedepankan kecepatan daripada keberlanjutan.
Bagi mereka yang penasaran mengenai alasan startup gagal, daftar lengkapnya bisa dilihat di sini (7).
Lanskap startup di Asia Tenggara memang penuh dengan peluang dan risiko.
Hal ini merupakan bukti kegigihan para entrepreneur yang berani bermimpi, meski kenyataannya tidak semua cerita berakhir bahagia.
Wawasan Industri: Membongkar Kemunduran di Sektor Tertentu
Kemunduran Industri Teknologi
Saat saya mengamati startup di bidang teknologi, saya menyadari betapa kecepatan inovasi dan persaingan yang sangat ketat dengan cepat melampaui startup yang memiliki modal paling besar sekalipun.
Contoh RedMart, platform grosir online asal Singapura. Perusahaan ini memiliki semua tanda keberhasilan tapi terpuruk di bawah tekanan kompetitif dari raksasa seperti Amazon dan supermarket lokal yang melakukan bisnis online.
Meskipun memiliki platform inovatif dan penetrasi pasar yang baik, RedMart tidak dapat mempertahankan profitabilitas atau meningkatkan skala logistiknya secara efektif.
Saya ingat betul masalah keuangan mereka pada tahun 2015 ketika mereka melaporkan kerugian operasional sebesar $21 juta dan kewajiban $126 juta (8).
Meski mengalami perjuangan yang bagus, RedMart akhirnya diakuisisi dan diserap ke dalam operasi Lazada.
Tantangan Agritech
Mengenai agritech, saya telah melihat startup seperti Agrostar mencoba merevolusi pertanian tradisional dengan teknologi.
Agrostar menjalankan misinya untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui platform digital yang menawarkan persediaan dan saran ahli.
Perjalanan mereka menyoroti tantangan-tantangan umum yang dihadapi oleh startup agritech seperti konektivitas internet di daerah pedesaan, adopsi bertahap oleh para petani, dan mengelola niche rantai pasokan (supply chains) fisik.
Tantangan-tantangan ini menyoroti perlunya ketangkasan (agility) dan strategi yang baik dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah dan tekanan persaingan (competitive pressures).
Di balik Kesulitan: Alasan Startup Gagal di Indonesia
1. Ketidaksesuaian Produk-Pasar
Saat saya mengamati pasar Indonesia, jelas bahwa produk harus memenuhi kebutuhan konsumen agar bisa sukses.
Saya pernah melihat Berrybenka, sebuah startup fashion, mengalami kesulitan karena tidak sejalan dengan pasar lokal yang sensitif terhadap harga (price-sensitive market).
Saran saya: Pahami dan ikuti permintaan pasar (market demand) agar tetap relevan.
2. Mengabaikan Kepuasan Pelanggan
Saya perhatikan bahwa kesuksesan seringkali bergantung pada kepuasan pelanggan.
Tokopedia, pemimpin e-commerce, unggul dalam hal ini dengan meningkatkan layanan pelanggan, sehingga meningkatkan loyalitas dan penjualan.
Bagi para pemula, perhatikan—pelanggan yang puas adalah pendukung yang kuat.
3. Pengeluaran Berlebihan untuk Promosi
Marketing itu penting, tapi harus diukur.
GoTo, sebelumnya Go-Jek, menunjukkan efektivitas marketing yang tepat sasaran tanpa mengeluarkan biaya berlebihan.
Startup sering kali merasa tertekan untuk mengeluarkan uang terlalu banyak demi visibilitas yang cepat, tapi tantangan sebenarnya adalah memasarkan dengan bijak.
4. Kepergian Pendiri
Kepergian para pendiri dapat mengganggu kestabilan sebuah startup.
Kesinambungan dan kesatuan dalam visi sangatlah penting, sehingga penting untuk memiliki rencana sukses untuk menghadapi perubahan tersebut.
Kepemimpinan yang solid sejak awal dapat membantu mengatasi badai ini.
5. Kesulitan Mendapatkan Investasi
Mendapatkan investasi memang sulit tetapi penting.
Menarik investor berarti menunjukkan jalur yang jelas menuju profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth).
Startup yang gagal melakukan hal ini mungkin kesulitan untuk mendapatkan modal yang diperlukan.
6. Mengabaikan Persaingan Pasar
Berdasarkan pengalaman saya, sikap proaktif dalam persaingan adalah hal yang penting.
Kesuksesan Lazada Indonesia sebagian berasal dari pemahaman kompetitor.
Mengabaikan pesaing itu berisiko; kesadaran adalah kunci keberhasilan strategis.
7. Tidak adanya Perencanaan Strategis Jangka Panjang
Beberapa startup fokus pada keuntungan jangka pendek (short-term gains) dan mengorbankan strategi jangka panjang (long-term strategy).
Kesuksesan yang berkelanjutan memerlukan perencanaan jangka panjang untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan pasar (market changes) di masa depan.
8. Model Bisnis yang Tidak Tepat
Kegagalan Matahari Mall merupakan pengingat akan perlunya model bisnis yang fleksibel (flexible business model).
Startup harus mencari model yang dapat beradaptasi dengan skala dan perubahan kondisi pasar (changing market conditions).
9. Kurangnya Pengalaman
Sebuah ide cemerlang tidaklah cukup tanpa kepemimpinan yang berpengalaman.
Pemimpin yang tidak berpengalaman bisa membuat kesalahan besar, jadi mencari nasihat dari mentor atau penasihat berpengalaman sangatlah penting.
10. Kurangnya Budaya Perusahaan yang Terdefinisi
Budaya perusahaan yang kuat sangat penting untuk efisiensi operasional (operational efficiency) dan inovasi.
Budaya Go-Jek yang mapan menunjukkan manfaatnya.
Startup harus dengan sengaja membentuk budaya positif dan berorientasi pada tujuan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Kesalahan Global: Menemukan Alasan Mengapa Startup Asing Gagal di Indonesia
Sebagai seseorang yang pernah menjelajahi dunia startup Indonesia yang penuh bahaya, saya melihat secara langsung tantangan yang dihadapi oleh startup asing di sini.
Hambatannya nyata, tapi memahaminya dapat menjadi pembeda antara kesuksesan dan kegagalan.
Berdasarkan pengalaman saya, rekrutmen sering kali menjadi batu sandungan pertama.
Saya telah menyaksikan startup asing kesulitan menarik pekerja terampil, terutama di luar pusat kota besar.
Pasar kerja di sini bukanlah pasar kerja yang biasa kamu hadapi–saya segera mengetahui bahwa hubungan pribadi mengalahkan iklan pekerjaan (job advertisement).
Saya ingat sebuah perusahaan sering kali tidak hadir saat wawancara, dan perusahaan lainnya mengeluhkan pergantian staf yang cepat. Di Indonesia, yang terpenting adalah siapa yang kamu kenal, bukan hanya apa yang kamu ketahui.
Lalu ada kendala perilaku pasar; ini adalah permainan bola yang sangat berbeda.
Misalnya saja Uber, yang awalnya salah membaca preferensi pasar lokal terhadap transaksi tunai.
Ini adalah pilihan yang sederhana, tapi mengabaikan hal ini memberikan GrabTaxi keunggulan yang dibutuhkan untuk memimpin.
Contoh lain? eBay. Sistem lelang anonimnya (anonymous auction system) tidak disukai oleh masyarakat Indonesia, yang lebih mengutamakan kepercayaan masyarakat dibandingkan transaksi online anonim (anonymous online dealings).
Kebijakan adaptasi budaya juga sama pentingnya.
Ini lebih dari sekedar penyesuaian tingkat permukaan; ini tentang merangkul pusat budaya dan etika kerja Indonesia.
Saya harus beradaptasi dengan berbagai tingkat komitmen, gaya disiplin, bahkan etika bertelepon—hal ini tidak selalu menjadi hal yang biasa saya lakukan, tapi beradaptasi sangatlah penting.
Integrasi ke pasar lokal membutuhkan lebih dari sekedar rencana bisnis; dibutuhkan kemauan untuk menyerap budaya tersebut dan menjadi bagian darinya.
Wawasan Strategis dan Tips Pencegahan
Sebagai seseorang yang sudah lama bekerja di dunia startup di Indonesia, saya telah melihat banyak pengusaha cerdas yang sibuk dengan ide-idenya.
Namun, antusiasme saja tidak cukup untuk menghindari jebakan yang telah menjerat banyak orang sebelumnya.
Izinkan saya berbagi beberapa saran segudang pengalaman tentang cara menghindari kesalahan umum dalam startup.
Dalam lanskap yang dinamis ini, memahami pergeseran pasar sangatlah penting. Misalnya, HealthTech dan EdTech, memiliki potensi besar karena meningkatnya konsumsi digital dan besarnya populasi generasi muda di Indonesia.
Memanfaatkan sektor-sektor ini dengan solusi inovatif sejalan dengan tren pasar kami.
Sekarang, mari kita bicara tentang mencegah kerusakan di masa depan. Kegagalan bukanlah kata yang kotor; ini adalah batu loncatan, tapi kita semua ingin menghindarinya jika memungkinkan.
Pertama, jika ada satu hal yang saya pelajari, pentingnya memvalidasi ide bisnis kamu. Saya telah melihat terlalu banyak penyelaman tanpa memeriksa kedalaman air—sangat penting untuk memahami masalah pasar dan pelanggan terlebih dahulu.
Menerapkan metodologi lean startup (lean startup methodology) seperti memiliki roadmap melewati jalan entrepreneurship yang berbahaya.
Dengan mengembangkan produk yang layak dan mengulanginya berdasarkan feedback, startup dapat menghindari jalan yang mahal.
Di sisi keuangan, budgeting, dan manajemen arus kas dapat menyelamatkan kamu dari dunia yang penuh kesulitan.
Menyeimbangkan buku tidaklah semenarik mengejar ide besar berikutnya, tapi itulah yang membuat kamu tetap berjalan.
Audit rutin dan penggalangan dana yang cerdas bukan hanya praktik terbaik—ini merupakan garis kehidupan kamu.
Terkait kebijakan, sorotan tertuju pada upaya Indonesia untuk memperbaiki ekosistem startup. Peningkatan insentif pajak, penyederhanaan proses peraturan, dan perlindungan kekayaan intelektual yang lebih baik merupakan langkah-langkah yang dapat memberi kita keunggulan.
Mereka akan menjadi wadah penyambutan bagi investor lokal dan internasional yang mencari lahan yang berkembang.
Saya telah melihat banyak inisiatif yang mencoba meningkatkan semangat entrepreneurship kita—mulai dari hibah startup (startup grants) hingga inkubator (incubators), dan dampaknya nyata.
Mereka meletakkan dasar bagi para pendiri untuk membangun sesuatu yang tangguh.
Secara keseluruhan, perubahan sedang terjadi. Baik itu startup lokal yang berinovasi untuk pasar kita atau investasi internasional yang membawa perspektif baru, ini saat yang menyenangkan.
Perkembangan teknologi ramah lingkungan (green technology) dan integrasi teknologi canggih seperti AI, blockchain, dan IoT semakin membentuk lanskap entrepreneur kita.
Menavigasi perubahan ini memerlukan kemampuan beradaptasi dan strategi yang matang. Memahami arah perubahan dan menyesuaikan layarnya—itulah seni bertahan hidup di dunia startup.
Dengan wawasan ini, saya berharap dapat melihat lebih banyak entitas yang tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dalam ekosistem startup yang berpotensi besar di Indonesia.
Mari kita ambil pelajaran ini dan memetakan arah menuju masa depan yang sejahtera bagi semua usaha pemula.
Ringkasan dan Kesimpulan Akhir
Berkaca pada ekosistem startup di Indonesia, saya melihat secara langsung bahwa kemampuan beradaptasi sangatlah penting.
Startup yang cepat beradaptasi dengan permintaan pasar (market demands) dan peraturan pasar (market regulations) cenderung berhasil, sementara ketidakfleksibelan terbukti menjadi kelemahan bagi banyak startup.
Saya telah mengamati bahwa startup yang melakukan riset pasar (market research) secara terus-menerus memperoleh pemahaman komprehensif tentang kebutuhan konsumen, yang membedakan mereka dari usaha yang gagal memahami dinamika pasar.
Pandangan ke depan secara finansial adalah sesuatu yang selalu saya tekankan. Startup yang sukses menunjukkan mengelola keuangan (financial management) yang cermat, yang mencakup perencanaan (planning), penganggaran (budgeting), dan pengelolaan arus kas (cash flows).
Sebaliknya, kurangnya strategi keuangan yang kuat sering kali berujung kegagalan.
Kepatuhan hukum tidak bisa dinego. Startup yang menangani kepatuhan hukum dan peraturan secara proaktif terhindar dari banyak kemunduran.
Saya juga tidak bisa melebih-lebihkan pentingnya komunitas dan networking. Engaging dengan komunitas lokal dan membangun network dapat memberikan wawasan pasar yang sangat berharga dan peluang kemitraan (partnerships).
Inovasi merupakan pusat dari startup yang sukses. Saya telah melihat peningkatan kreatif dalam teknologi dan model bisnis yang mendorong startup menjadi yang terdepan dalam persaingan.
Mendorong inovasi dan keberlanjutan adalah hal terpenting bagi ekosistem startup yang kuat di Indonesia.
Dukungan pemerintah sangatlah penting, dan kebijakan yang berkembang dapat membuat lingkungan startup lebih kondusif bagi inovasi.
Saya menganjurkan sistem pendidikan yang menekankan teknologi dan entrepreneurship, untuk mempersiapkan tenaga kerja yang handal.
Mempromosikan keberlanjutan memastikan bahwa startup sejalan dengan tujuan lingkungan global dan mempertahankan kelangsungan jangka panjang.
Selain itu, mekanisme pendanaan (funding mechanisms) yang mudah diakses harus lebih mudah diakses untuk membantu startup di berbagai tahap pertumbuhan (growth stages).
Membangun komunitas kewirausahaan kolaboratif (collaborative entrepreneurial community) akan mendorong pertukaran praktik terbaik dan memperkuat pengetahuan kolektif serta ketahanan ekosistem.
Masa depan startup di Indonesia penuh dengan peluang dan diimbangi dengan tantangan yang signifikan.
Dengan menerapkan wawasan strategis) dan mendukung inovasi serta keberlanjutan, Indonesia siap untuk berkembang dalam lanskap entrepreneur global (global entrepreneurial landscape).
Pengalaman saya dibidang ini telah mengajarkan saya bahwa lingkungan seperti ini tidak hanya melahirkan usaha yang sukses tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pelopor dalam inovasi.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Dalam perjalanan saya bekerja dengan berbagai startup di Indonesia, saya menemui banyak tantangan dan pertanyaan berbeda dari para pendiri baru.
Berikut adalah jawaban atas beberapa pertanyaan paling umum yang saya dapatkan, yang mungkin penting bagi siapa pun yang menjelajahi dunia startup di Indonesia.
Bagaimana saya bisa memastikan startup saya mematuhi peraturan Indonesia?
Menurut pengalaman saya, kunci untuk tetap sejalan dengan hukum Indonesia adalah dengan menyewa penasehat hukum lokal yang baik sejak awal.
Mereka akan memahami hal-hal spesifik, yang sangat beragam dan dapat berubah. Kepatuhan tidak selalu mudah, sehingga bimbingan profesional sangatlah penting.
Apa saja strategi utama manajemen keuangan untuk sebuah startup di Indonesia?
Strategi saya adalah menjaga catatan keuangan (financial records) dengan teliti dan tetap ramping.
Di Indonesia, banyak startup yang menghabiskan modal awalnya karena melakukan perekrutan berlebihan.
kamu harus merencanakan keuangan kamu secara strategis untuk menghindari masalah arus kas yang dapat membuat kamu gulung tikar.
Bagaimana cara melakukan riset pasar yang efektif di Indonesia?
Riset pasar di Indonesia harus bersifat hiper-lokal (hyper-localized). Seperti yang saya pelajari, setiap daerah memiliki khas masing-masing.
Manfaatkan sumber daya lokal, survei, dan alat analitik pasar (market analysis tools) untuk memahami perilaku konsumen yang spesifik pada niche pasar (market niche) kamu.
Sektor apa saja yang paling menjanjikan bagi startup di Indonesia saat ini?
E-commerce, fintech, dan edtech adalah sektor yang sedang booming di Indonesia.
Dengan berkembang pesatnya platform digital seperti Shopee dan solusi fintech seperti GoPay, terdapat permintaan yang jelas di pasar akan inovasi di bidang-bidang ini.
Bagaimana cara melindungi kekayaan intelektual startup saya di Indonesia?
Saya mengetahui sejak awal bahwa melindungi kekayaan intelektual (intellectual property) kamu di sini dimulai dengan mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Directorate General of Intellectual Property).
Jangan mengabaikan langkah ini, atau kamu akan pusing menghadapi masalah produk dan layanan yang di tiru.
Opsi pendanaan apa saja yang tersedia untuk startup di Indonesia?
Venture capital adalah pilihan umum, tapi ada juga angel investor dan dana hibah (grants) yang tersedia untuk startup di Indonesia.
Saya telah melihat tren di mana kemitraan strategis juga dapat menghasilkan investasi, memadukan modal dan keahlian.
Aspek budaya apa yang harus diperhatikan oleh pengusaha asing ketika memulai bisnis di Indonesia?
Saat saya berintegrasi ke dalam komunitas bisnis, saya belajar bahwa hubungan pribadi dan pemahaman adat istiadat setempat adalah yang terpenting.
Budaya bisnis di Indonesia bersifat kolaboratif, penghormatan terhadap hierarki, serta etika bisnis yang baik tidak bisa dilebih-lebihkan.
Bagaimana startup di Indonesia dapat memasukkan keberlanjutan ke dalam model bisnisnya?
Menggabungkan keberlanjutan bukan hanya tentang ramah lingkungan (eco-friendly)—tetapi juga merupakan bisnis yang cerdas.
Saya telah melihat startup di Indonesia berhasil dengan mengintegrasikan praktik berkelanjutan yang dapat diterima oleh konsumen dan juga dapat mengurangi biaya operasional.
Apa saja kendala umum yang harus dihindari dalam ekosistem startup di Indonesia?
Hindari berasumsi bahwa apa yang berhasil di tempat lain juga akan berhasil di Indonesia.
Dan, seperti yang saya sebutkan, perekrutan berlebihan adalah kesalahan umum yang menghabiskan sumber daya dengan cepat.
Bersikaplah mudah beradaptasi, ramping, dan terus engage dengan audiens target kamu.
Bagaimana startup Indonesia dapat menarik investasi internasional?
Untuk menarik investor internasional, startup kamu harus menonjol dengan proposisi nilai unik yang kuat.
Saya menyadari bahwa memiliki rencana skalabilitas yang jelas dan mampu beradaptasi dengan tren pasar global menjadikan startup sangat menarik.
Dan tentu saja, memastikan model bisnis kamu berkelanjutan dan memiliki kehadiran digital yang kuat adalah hal yang mendasar.